Sabtu, 23 Mei 2009

tafsir al-razy

Tafsir Mafatihul Ghaib dan Metodologinya

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Ternukil dalam riwayat bahwa ketika Abdullah bin Mas'ud diperintah oleh Nabi untuk menyampaikan dan mengajarkan ajaran Islam di suatu daerah, Rasul bersabda kepada Mu’adz : " Dengan apa kamu memberi hukum? ","Dengan Kitabullah" Mu’adz menjawab, Rasul melanjutkan " Jika engkau tidak mendapatkannya di dalamnya?", Mu’adz kembali menjawab " Dengan sunnah Rasulmu", " Jika engkau tidak mendapatkannya di dalamnya?",sabda Rasul, " Dengan ijtihadku?" jawab Mu’adz, Rasulullah pun mengizinkan Mu’adz ke tempat itu dengan kebahagian dan kebanggaan kepadanya.

Al-Qur'an merupakan pedoman hidup dan kehidupan kita, menginformasikan berita terdahulu maupun yang akan datang dan menjelaskan segala sesuatunya.1 Berdasarkan firman Allah :

ونزلنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء ( النحل : 89 )

Artinya : dan kami menurunkan Al-Qur'an untuk menjelaskan segala sesuatunya.

ما فرطنا فى الكتاب من شىء ( الأنــعام : 38)

Artinya : tiadalah yang kami alpakan dalam Al-Qur'an.

Informasi dalam Al-Qur'an ada yang jelas dan ada yang samar, ada muhkam dan mutasyabih, ada global dan khusus. Al-Qur'an pun sanggup memberi penjelasan terhadap ayat-ayatnya yang bersifat umum atau dalam istilah kaum penafsir disebut tafsirul Al-Qur'an bi Al-Qur'an.

Sebagai contoh ayat yang ditafsirkan dengan ayat adalah :

ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين ( البقرة : 2 )

Artinya : " Itulah Al-Qur'an yang tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi Muttaqin ".




Kata "Muttaqin" masih bermakna universal dan umat islam pun belum mengetahui makna, substansi dan sifat Muttaqin bilamana Al-Qur'an tidak memberi penjelasan tentang kata "Muttaqin".salah satu ayat yang menjelaskan tentang pengertian segaligus merupakan sifat Muttaqin adalah :

الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقناهم يوقنون ( البقرة : 2 )

Artinya : ( yaitu ) orang-orang yang beriman terhadap hal-hal yang gaib, mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka.

Dengan penjelasan tersebut jelas lah yang dimaksud Muttaqin.


Informasi yang samar maupun global dari Al-Qur'an yang bersifat perlu penjelasan lanjut , maka Nabi lah yang menjelaskan dan menafsirkannya kepada sahabat atau jika sahabat merasa kurang jelas atau memerlukan penjelasan maka sahabat menanyakan hal itu kepada Rasul.

Sebagai contoh penjelasan Rasul terhadap suatu ayat, dalam hal ini ayat tersebut dijelaskan oleh Nabi diatas mimbar :

واعد لهم ما استطعتم من قوة ( الانفال :60 ) الا ان القوة الرمى ( اخرجه مسلم و غيره عن عقبة بن عامر )

Artinya : " Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka dengan quwwah.

Rasul menjelaskan bahwa yang dimaksud 'quwwah' dalam ayat tersebut adalah memanah.2

Sebagai contoh ayat yang dijelaskan oleh Nabi akibat kesamaran ayat tersebut di kalangan sahabat, lalu sahabat pun bertanya tentang ayat tersebut :

الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم ( الانعام : 82 )

Artinya : " Merekalah orang-orang yang tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan zhulm.

Sahabat berkata tiada seorang pun diantara kami yang dapat mengamalkan ayat ini. Nabi seraya bersabda bahwa ssungguhnya ayat ini bukan bermakna dari apa yang kalian maksudkan tapi ingatlah perkataan hamba Allah yang shaleh, lukmanulhakim dalam



surah lukman ayat 13 :

إن الشرك لظلم عظيم

Artinya : sesungguhnya kesyirikan adalah benar-benar kezhaliman yang besar.


Jadi, makna zhalm yang dimaksud adalah kemusyrikan.3

Sepeninggalan Nabi, sahabat pun menggunakan ijtihad mereka dalam menafsirkan ayat Al-Qur'an jika ayat tersebut belum dijelaskan oleh Al-Qur'an atau Al-Sunnah, begitu pula para tabi'in dan tabi' tabi'in.

Sebagai contoh atas penafsiran Al-Qur'an dengan ijtihad sahabat adalah :

الحمد لله فاطر السموات والأرض ( فاطر : 1 )

Artinya : segala puji bagi Allah, fathir langit dan bumi.

Ibnu Abbas berkata : fathir yang dimaksud adalah pencipta pertama atau yang memulai menciptakan.4

Dapat disimpulkan bahwa sahabat, tabi'in dan tabi' tabi'in menggunakan ijtihad dalam menafsirkan Al-Qur'an. Tapi, ijtihad mereka berdasarkan ilmu alat yang berkualitas diantaranya ; mengetahui ilmu tata bahasa arab dengan mendalam beserta rahasia-rahasianya, mengetahui peradaban dan kebiasaan bangsa arab, mengetahui keadaan kaum yahudi dan nasrani di jazirah arab ketika turunnya Al-Qur'an beserta asbab nuzul Al-Qur'an, kuatnya pemahaman dan luasnya wawasan mereka tentang Al-Qur'an.5

Tafsir Ar-Rozy pun menggunakan ijtihad dalam menafsirkan Al-Qur'an tanpa menafikan riwayah. Jika dalam kitab tafsir yang bercorak Al-Ma'tsur fungsi riwayah dijadikan pijakan dan titik tolak serta subjek penafsiran,6 sedangkan tafsir Ar-Rozy ini yang bercorak Ar-Ra'y menfungsikan riwayah sebagai legitimasi untuk mendukung penafsirannya.

Kitab ini berbicara tentang falak, buruj, langit, bumi, hewan, tumbuhan dan anggota tubuh manusia dengan pembahasan yang luas, dengan tujuan dapat membuktikan kebenaran, menegakkan pendapat-pendapat atas kewujudan Allah dan membantah orang-orang yang menyeleweng dan sesat. Inilah alasan mengapa kitab ini tergolong dalam kitab birro'y Al-Maqbul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, penulis akan menguraikan gambaran umum tentang tafsir Ar-Rozy dengan mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

  1. Biografi Ar-Rozy.

  2. Tafsir Ar-Rozy dan metodologi penafsirannya.

  3. Kelebihan dan kekurangan Tafsir Ar-Rozy.























PEMBAHASAN


    1. Biografi Ar-Rozy

Nama lengkap Imam Ar-Rozy adalah Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Husein bin Hasan bin Ali Al-Qurasy At-Taimy Al-Bakry, Ath-Thabaratany, Ar-Rozy, bergelar Fakhruddin dan dikenal juga dengan sebutan Ibnu Al-khatib. Beliau lahir pada 15 Ramadhan tahun 544 H dan meninggal pada 606 H7 di Ray, ada yang mengatakan 605 H, tapi yang paling kuat adalah pendapat pertama akibat banyaknya buku yang meriwayatkan demikian.

Sungguh beliau dewasa dengan menuntut ilmu dan beliau melakukan musafir intelektual ke tempat-tempat yang terkenal akan ulamanya, seperti Kharazmi, Khurasan dan benua yang terletak di belakang sungai. Guru pertama beliau adalah ayah kandungnya, Dhiyauddin dikenal dengan Khatib Ar-Roy, murid imam al-baghawy. Kemudian beliau belajar kepada Kamal Al-Sam'any, Mujdi Al-Jaily dan banyak lagi ulama besar yang semasa dengannya.8

Tiadalah ulama yang dapat menadingi keilmuan Ar-Rozy pada masanya, beliau ahli ibadah dan kalam, pakar ilmu aqliyah dan alam, cendikia mantiq dan bahasa serta imam tafsir dan filsafat, ringkasnya beliau seorang Ulama Intelektual ; ulama dalam arti ahli dalam ilmu agama, intelektual berarti pakar ilmu aqliyah. Ketika beliau mencapai kemapanan keilmuannya, masyrakat pun berbondong-bondong berguru kepadanya baik di dalam maupun luar daerah.

Sungguh ulama yang satu ini sangat keras mempertahankan dan memelihara akidah. Beliau terkenal dengan orang yang ahli berpidato dengan dua bahasa, yaitu Arab dan Ajam karena ceramahnya yang berkesan bagi orang yang ingin mendengar nasehat-nasehatnya yang menyentuh hati pendengar karena ilmu diiringi dengan amal, ditambah lagi dengan seringnya beliau mengungkapkan perasaanya dengan syair yang menggetarkan sanubari Bahkan Raja Kharizmi sengaja meluangkan waktunya berkunjung ke kediaman Ar-Rozy demi mendengarkan nasehat-nasehat beliau.


Sungguh muridnya amatlah banyak sehingga dikatakan bahwa beliau memiliki murid binaan sebanyak 300 orang, belum lagi murid dari majelis ceramahnya dihadiri oleh umum ( kaum awam ) baik yang muda maupun yang tua.

Adapun ulama setelahnya yang banyak menyutip kitab tafsir ini adalah : Maqatil bin Sulaeman Al-Marwazy, Abu Ishak, Abu Hasan Ali bin Ahmad dan abu Bakar Al-Baqilany klarena kitab ini mengadung khazanah intelektual dan religi yang melimpah dengan susunan tata bahasanya yang menawan.

Dengan Kemahirannya bahasa Ajam, beliau mampu membaca dan menterjemahkan buku-buku berbahasa Ajam yang berbicara tentang ilmu Aqliyah maupun ilmu lainnya ke dalam bahasa Arab, memudahkan beliau mendapat ilmu dari guru-gurunya yang berbahasa Ajam serta memudahkan menjelaskan kepada murid-muridnya yang tidak atau kurang mampu berbahasa Arab agar penyebaran ilmunya cepat dan luas.

Selain kitab tafsir ini yang berjilid delapan, beliau mengarang 200 buku diantaranya : Al-Muthalib Al-Aliyah, kitab al-Byan wa al-Burhan fi Ar-Rad 'ala ahli az-Zaygh wa at-Tighyan, Al-Mahshul, Al-Mukhallash, Lawami' al-bayyinat, Syarah nama-nama allah dan sifat-sifatnya, Ma'lim Ushuluddin, Muhashshil al_mutaqaddiminwa al-muta'akhkhirin min al-Ulama wa al-Hukama wa al-Mutakalliminal-Masail Al-khamsun fi Usul ilmi al-Kalam, aasrar at-Tanzil fi at-Tauhid, al-Handasah, 'UyunAl-Anba' fi Thabaqat Ath-Thibba' ( bidang kedokteran ) dan banyak kitab lainnya. 9

Keberadaan kitab-kitab ini menyebabkan masyarakat menyibukkan dirinya untuk membaca dan memahami kandungannya, memperluas pola pikir yang sebelumnya dangkal tentang alam semesta dan mengajak masyarakat agar dapat memahami agama Islam dengan dalam dan menyeluruh. Firman Allah:

يايهاالذين آمنواادخلوا في السلم كافة ( البقرة : 208 )

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman masuklah dalam islam secara menyeluruh.




Ibnu Qadhi syuhbah berkata Ar-Rozy belum sempat menyempurnakan tafsirnya. Adz-Dzahaby menambahkan bahwa Ar-Rozy hanya menafsirkan Al-Qur'an hingga surah Anbiya' saja, kemudian datanglah syahabbuddin melanjutkannya tapi belum menyempurnakannya dan Najamuddin lah yang menyempurnakan penafsiran kitab tersebut hingga surah An-Nas.10 Akan tetapi, bagi kaum awam tak mampu mendeteksi perbedaan penafsiran antara Ar-Rozy dan muridnya dari segi tata bahasa dan tafsir.

Adz-Dzahaby dan Najamuddin telah menguasai metodologi dan apa yang Ar-Rozy kehendaki sebelum keduanya menafsirkannya sehingga tidak mengurangi banyak substansi kitab tersebut karena keduanya murid terbaik dan mengerti dzuq Ar-Rozy, diantaranya corak filsafatnya yang mendalam dan penggunaan munasabah yang memadai serta menyentuh Qalbu.




















B. Tafsir Ar-Rozy dan Metodologi Penafsirannya.


Kitab ini banyak berbicara tentang hubungan ayat Al-Qur'an dengan ilmu kalam, filsafat dan ilmu aqliyah ( fisika, biologi dan astronomi ). Ayat-ayat kauniyah dalam penafsirannya sungguh ditafsirkan secara rinci, detail dan ilmiah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada tanpa menyalahi sunnahtullah dalam hubungannya dengan alam semesta dan sebab-akibat sehingga membuat keimanan para pembaca kian menebal dan bukti atas keberadaan Allah kian jelas.

Kitab ini mampu menyanggah atas tuduhan-tuduhan orang yang inkar dan keras hati dengan argumen yang mematikan, mampu membantah pendapat Mu'tazilah dan aliran-aliran sesat dengan hujjah yang kuat11 dan ilmiah, mampu melukiskan hubungan antara kekuasaan Allah dengan alam semesta, sanggup memberi bukti keberadan Allah ta'alaa dan menjadi rujukan utama dalam kitab tafsir dirayah dan filsafat setelahnya.

Adapun Metodologi Kitab Ini Adalah :

  1. Menghimpun pendapat ulama tafsir bagi dari kalangan sahabat maupun setelahnya diantaranya Ibnu Abbas, Mujahid, Ibnu al-Kalaby, Qatadah, As-Sudzy, Said bin Ubaidah dan mengawali setiap penafsirannya dengan riwayah Hadis sebagai pendukung bahkan menyebutkan sebab turunnya ayat tersebut.

Contoh dalam metodologi ini adalah :

قل هو الله أحد ( الإخلاص : 1 )

Artinya : katakanlah bahwa Dialah Allah Yang Maha Esa.

Ar-Rozy menawali penafsiran ayat tersebut dengan menyebut riwayah-riwayah tentang surah Al-Ikhlash, diantara ayat yang Ar-Rozy nukilkan adalah :

" Diriwayatkan dari Ubay bahwa Rasulullah Saw bersabda barang siapa membaca surah Al-Ikhlash, seakan-akan ia membaca sepertiga Al-Qur'an."

Beliau membubuhkan pendapat ulama dalam penafsiran ayat ini, " Imam Al-Azhar berkata bahwa " Tiadalah yang pantas bersandar dengan lafazh ahad, karena kata tersebut hak prioritas Allah sekaligus merupakan sifat-Nya."


  1. Mengutamakan Munasabah antara surah yang satu dengan lainnya, dan ayat-ayatnya satu sama lain sehingga beliau menjelaskan hikmah-hikmah yang terdapat dalam urutan-urutan Al-Qur'an. Dan luput darinya menyebutkan nama-nama lain surah yang berlandaskan riwayah disertai alasan penamaannya.

Contoh dalam metodologi ini adalah ayat 17-20 surah al-Ghasyiah

افلا ينظرون الى الإبل كيف خلقت , والى السماء كيف رفعت ....................................

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Adanya yang menciptakan hal-hal tersebut, dan zat yang mencipta itu tidak serupa dengan makhluk-Nya. Sedangkan unta merupakan jenis hewan potensial yang perlu kita mengetahui dan meneliti alasannya, unta mampu hidup di gurun pasir yang amat tandus dengan potensi dan kesabarannya, masa kita sebagai makhluk yang sempurna tak mampu sabar. Hewan pun dapat bersabar masa kita tidak?

  1. Membahas secara detail tentang ayat-ayat kauniyah yang dihubungkan dengan ilmu kalam, ilmu tauhid dan ilmu aqliyah lainnya.

Contoh dalam metodologi ini adalah dalam ayat kedua surah Al-Iklash

الله الصمد

Dalam penjesannya tentang sifat allah As-Shamad ia mengutip perkataan Qatadah bahwa sifat As-Shamad menunjukkan bahwa Allah tak pernah makan dan minum, menunjukkan eksistensi zat Ilahi yang tak dapat dijaukau oleh akal yang bersifat terbatas. Ubay bin Ka'b menambahkan bahwa hal tersebut menindikasikan bahwa Allah tak akan pernah meninggal dan milik Apa yang ada di langit dan bumi maupun diatara keduanya.

Contoh lain dalam firman Allah :

إن فى خلق السموات والأرض....................................( البقرة : 164 )

Ar-Rozy menjelaskan detail ayat ini dan menghiasi dengan pendapat intelektual lainnya. Ia menjelaskan teori-teori dan fakta-fakta ilmiah tentang hal itu lalu ia mengakhiri perkataan dengan berkata bahwa memang hal itu susuh untuk dibuktikan kepada kaum awam tapi yakinlah planet-planet itu beribadah kepada Allah sesuai kadarnya dan planet tersebut beredar, berputar dari kiri ke kanan, timur ke barat.

Putaran tersebut seperti putaran ketika kita thawaf.

  1. Membubuhkan banyak pendapat pendapat para filofof, ahli ilmu kalam setelah menfilterisasi dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Contoh dalam metodologi ini adalah dalam ayat pertama surah Al-Iklash

Dalam ayat tersebut Alah menguatkan dirinya sebanyak tiga kali yaitu kata "huwa", "Allah" dan "Ahad" menadakan bahwa kita harus mengingat dan beribadak kepada Allah tanpa bosan-bosannya dengan kata lain Istiqamah. Ia menambahkan bahwa manusia secara umum terbagi tiga yaitu golongan muqarribin, ashhabul yaman dan ashhabusy syimal.

  1. Kalau ia menyebut ayat hukum, beliau selalu menyebutkan semua mazhab fuqaha. Akan tetapi, ia lebih cenderung kepada mazhab syafi'y yang merupakan pegangannyadalam ibadah dan mu'amalat setelah melakukan penelitian dan tajrih beralasan atasnya.

Contoh dalam metodologi ini adalah dalam ayat keenam surah Al-Maidah

.....إذا قمتم الى الصلاة فاغسلوا..................إلخ

Artinya : ….Apabila kalian berdiri untuk shalat maka cucilah………..


"Ayat tersebut menyebutkan wajibnya berwujud karena menggunakan kaedah Syarthiyyah kecuali darurat " pendapat Imam Syafi'I, sedangkan pendapat bu Hanifah tidak mengatakan demikian. Kemudian Imam Syafi'Iberkata bahwa urutan anggota tubuh yang dibasuh harus seperti ayat tersebut, lalu imam Malik menyanggah hal tersebut.

  1. Ar-Rozy menambahkan dari apa yang telah disebutkan di atas banyak masalah tentang ilmu al-Ushul. Al-Balaghahn An-Nahwu dan ilmu lainnya, sekalipun tidak serinci ilmu kalam dan aqliyah.

Contoh dalam metodologi ini adalah dalam ayat pertama surah Al-Iklash

Lafazh Allah berkedudukan sebagai marfu' , khabar mubtada'.dan Ar-Rozy menyebutkan pendapat lainnya yaitu Lafazh Allah marfu' mubtada' sedangkan ahad merupakan khabar.




C. Kelebihan dan kekurangan Tafsir Ar-Rozy.

Penafsiran kitab ini pun tentunya lebih luas, mendalam dan terperinci dibanding kitab tafsir bi Al-Ma'tsur. Tafsir ini termasuk dalam deretan kitab tafsir dirayah ( ro'y ) terbaik dan berkualitas karena dikarang oleh seorang ulama besar, Ar-Rozy, ahli dalam berbagai bidang keilmuan baik ilmu agama maupun ilmu aqliyah.

Ibnu khilkan berkata bahwa sesungguhnya ia- Ar-Rozy – mengumpulkan segala gharib dan gharibah. Adz-Dzahaby menambahkan keistimewaan kitab tersebut adalah munasabah antara sebahagian ayat dengan sebahagian lainnya, antara surah dengan surah lainnya, yang ditulisnya dengan detail.

Adz-Zhahaby dalam al-'Ibr berkata bahwa Ar-Rozy merupakan seorang mufassir yang ahli kalam, pengarang kitab –kitab terkenal. Ad-Dawudy dalam Thabaqar al-Mufassirin menambahkan bahwa beliau merupakan imam mutakallimin, ahli ilmu filsafah, tafsir maupun syariah.

Dalam kitab kasyfu Azh-Zhunun ternukil bahwa sesungguhnya Imam Ar-rozy mengisi kitab tafsirnya dengan pendapat - pendapat hukama dan ahli kalam setelah memilah-milah dan menyeleksinya.

Abu hibban beropini bahwa Imam Ar-rozy mengumpulkan ilmu yang terperinci dan mendalam sehingga tiada hajat baginya tentang ilmu tafsir.Hal ini seiring dengan pendapat sebagian ulama bahwa dalam kitab Ar-rozy terdapat segala sesuatunya kecuali tafsir, dalam artian ilmu-ilmu lain selain tafsir dibahas amat detail kecuali tafsir itu tersendiri

Hal ini memungkinkan terjadi karena sebelum beliau mendalami ilmu Al-Qur'an dan penafsiranya beliau ahli dalam bidang ilmu kalam dan ilmu-ilmu aqliyah lainnya, makanya kitab tafsirnya didominasi dengan hal-hal yang berbau kalam dan aqliyah.

Ada yang menyebut kitab ini sebagai ensklopedia ilmiah dikarena banyaknya wawasan-wawasan ilmiah dalamnya.






Kesimpulan


Setelah membaca, mentelaah dan mengamati kandungan kitab ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa :

  1. Imam Ar-Rozy adalah seorang mufassir yang ahli dalam ilmu kalam dan ilmu Aqliyah

  2. Kitab Ar-Rozy merupakan suatu kesatuan dan kepaduan dinamis antara riwayah mutaqaddimin, mutaakhkhirin, intelektual dan pendapat-pendapat pribadinya berupa munasabah dan analisis alat bantu keilmuannya.

  3. Kitab Ar-Rozy juga membantu kita dalam menjawab kritikan-kritikan Mu-tazilah dan orang-orang sesat guna mempertahankan kemurniaan keimanan kita

  4. Dalam masalah hukum, Ar-Rozy menyebut semua pendapat-pendapat fuqaha dan memilah pendapat pilihannya yang condong ke Syafi'i dengan suatu alas an.

1 Manna' Al-Qattan, mabahits fi ulumi Al- Qur'an, riyad, mansyurat Al-'Ash Al-Hadits,1973, H.20

2 ibid. Hal. 9

3 H.R Syaikhani dan lainnya, dari Ibnu mas'ud

4 Dikeluarkan oleh abu ubaidah dari jalur mujahid

5 Depag, Ilmu Al-Qur'an, jilid III, 2001, Hal. 78

6 Nasharuddin, metodologi penafsiran Al-Qur'an, hal. 323

7 Tafsir wa al-Mufassirun, 1/206

8 Metodologi Penafsiran Al-Qur'an, Dr. Hani' Halim, hal 320

9 ibid, hal 321

10 Tafsir wa al-Mufassirun, 1/208

11

 Al-Shabuny, At-Tibyan, Al-ma'arif, Bandung, 1996,hal. 263-264.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar