Rabu, 10 Juni 2009

I’jaz al-Qur’an

I’jaz al-Qur’an

A.) Pengertian I’jaz al-Qur’an

Kata “I’jaz” dalam bahasa arab mengandung arti melemahkan yang lain. Dalam waktu yang sama, ia melemahkan yang lain karena yang lainnya itu tak mampu menandingi dahsyatnya kekuatan yang ia miliki.

Dinamakan Mu’jizat ( melemahkan ) karena manusia lemah dan tak mampu untuk mendatangkan yang serupa apalagi yang lebih baik darinya, sebab mu;jizat merupakan hal yang aneh, asing, bertentangan dengan kebiasaan manusia. Dengan kata lain keluar dari factor-faktor yang telah lazim diketahui oleh manusia.

Mu’jizat didefinisikan oleh pakar ulama islam antara lain ; ”suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang nabi , sebagai bukti kenabian dan kebenaran ajaran yang dibawanya”.

Padahal, nabi tersebut menentang kaumnya - untuk mendatangkan hal serupa jika mereka tak mempercainya dan apa yang ia sampaikan kepada mereka – tapi mereka tak sanggup membuat hal serupa.

Begitu pula I’jaz al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW menentang musyrikin untuk mendatangkan hal serupa dengan al-Qur’an bila mereka ragu dan ingkar terhadap kebenaran al-Qur’an dan ajaran Muhammad SAW.Mereka pun tak mampu membuat hal serupa dengan al-Qur’an walaupun sesurah, padahal mereka ahli dan pakar dalam bidang sastra, fashahah, balaghah bahasa arab.

B.) Tujuan dan fungsi mu’jizat al-Qur’an

Mu’jizat al-Qur’an berfungsi sebagai bukti kebenaran nabi dan bukti kebenaran al-Qur’an itu sendiri. Kemu’jizatan al-Qur’an digambarkan (diilustrasikan) sebagai ucapan ilahi: ” Apa yang dikatakan oleh Muhammad SAW adalah benar. Dia adalah utusanku, buktinya adalah aku melakukan mu’jizat itu ”.

Mu’jizat walaupun dari segi bahasa bermakna melemahkan tapi itu bukan merupakn tujuan utama. Melainkan, untuk membuktikan kebenaran agama ilahi yang dibawa oleh muhammad SAW.

Bagi yang telah percaya kepada Sang Nabi, ia tidak membutuhkan mu’jizat atau melemahkan. Tapi, berfubgsi memperkuat keimanan serta menambah keyakinan mereka terhadap kekuasan, kemuliaan, keagungan dan kebesara Allah SWT.

Walaupun Muhammad SAW hanya manusia biasa seperti khalayak manusia lainnya, dengan i’jaz al-Qur’an Allah mengisyaratkan umat manusia atas kebenaran al-Qur’anyang dibawa oleh muhammad SAW dengan menunjukkan kejadian-kejadian luar biasa yang sulit dijangkau oleh akal.

I’jaz al-Qur’an berisi pula pedoman-pedoman hidup dalam beragama dan bersosial yang bersifat obyektif dan tak berpihak pada oknumdan orgensi seperti pedoman lainnya selain al-Qur’an ( undang-undang yang dibuat oleh manusia ) bersifat kurang obyektif bahkan ada yang sangat subyektif serta memilkiki urgensi-urgensi tertentu dari pihak tertentu dan merugikan pihak yang satu dalam waktu yang bersamaan menguntungkan pihak lainnya.

Al-Qur’an dengan mu’jizatnya membawa resep yang mengutamakan mashlahat umat tidak mengandung kebutuhan ilahi yang menciptakan al-Qur’an tiada lain agar umat manusia hidup dalam ketentraman, keamanan, keharmonisan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat kelak.

C.) Unifikasi mu’jizat al-Qur’an

Tiada keraguan bahwa al-Qur’an merupakan kitab tersempurna dan terlengkap dibanding kitab-kitab samawyah lainnya seperti zabur yang dibawa oleh Daud As., taurat oleh Musa As., shuhuf Ibrahim As, maupun injil oleh Isa A.S.,dll.

Kitab-kitab samawyah lainnya bukanlah mu’jizat seperti halnya al-Qur’an. al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab yang merangkap sebagai mu’jizat buktinya al-Qur’an ini terjaga dan terjamin tidak akan mengalami perubahan serta. al-Qur’an pula mengandung nash-nash dan hukum-hukum yang diberlakukan hingga akhir masa.

Kitab-kitab samawyah lainnya terbukti bukan mu’jizat karena tidak memiliki dua hal tersebut yaitu Kitab-kitab samawyah tersebut mengalami perubahan dan nash-nash dan hukum-hukum tidak berlaku hingga yaumul qiyamah.

Jika Kitab-kitab samawyah lainnya diturunkan hanya melalui satu tahap saja yaitu secara jumlatan wahidatan dari bait al-Izzah langsung ke bumi, maka al-Qur’an turun melalui dua tahap.

Pertama, secara jumlatan wahidatan dari bait al-Izzah ke samai dunya. Kedua,secara munajjaman atau bertahap dari samai dunya ke bumi kurang dari 23 tahun.

Dua tahap yang dialami oleh al-Qur’an sangatlah memiliki faedah yang melimpah bagi umat islam maupun manusia diantaranya memudahkan pemahaman dan penghafalan untuk umat islam pada umumnya para sahabat para khususnya, menguatkan keimanan nabi dan memberi motivasi kepada nabi ketika sedih dan masih banyak lagi lainnya.

Tidak sama dengan Kitab-kitab samawyah lainnya, al-Qur’an berfungsi menasakh kandungan kitab-kitab sebelumnya , salah satu contohnya, jika pakaian umat terdahulu terkena najis maka bagi mereka merobek bagian yang terkena najis. al-Qur’an datang menasakh hukum tersebut dan menggantinya dengan cukup mencucinya dengan air hingga bersih lagi suci.

Belum lagi dari aspek bahasa, Kitab-kitab samawyah lainnya tidak mengandung nilai uslub dan sastra yang tinggi lagi menjulang seperti halnya al-Qur’an yang bershighah dan berfashahah yang indah lagi menawan.

Kearifan munasabah, fawasil yang menarik hati, contant kandungan yang bermakna tersurat lagi tersirat, huruf-huruf fawatih ( alif lam mim,dll ) yang masih mengandung makna rahasia dan diturunkannya dalam 7 huruf merupakan kelebihan dan keistimewaan al-Qur’an disbanding kitab-kitab lainnya.

D.) Teori al-Sharfah dalam wacana kemu’jizatan al-Qur’an

Sebagian golongan Mu’tazilah diantaranya abu ishak an-Nazham berpendapat bahwa kemu’jizatan al-Qur’an merupakan sebab sharfah ( perubahan / memalingkan ) artinya bahwa Allah memalingkan manusia untuk menantang al-Qur’an padahal Ia mampu memberi kekuatan kepada manusia untuk dapat menandingi al-Qur’an .

Seorang tokoh sastra Arab, Mustafa ar-Rafi’i berkata bahwa adanya kemu’jizan al-Qur’an disebabkan sharfah / memalingkan , yaitu Allah memalingkan orang-orang arab dari menentang al-Qur’an padahal mereka mampu , maka pemalingan inilah yang berlawanan adat.

Iman Murhadha dari golongan syi’ah beropini bahwa Allah mencabut ilmu-ilmu yang dibutuhkan manusia dalam menentang al-Qur’an sehingga manusia tak dapat menandingi al-Qur’an.

Bantahan dari teori as-sharfah adalah sifat ilahi yang tidak pernah menzhalimi hamba-nya, dalam hadist qudsi Allah berfirman :

“ saya haramkan kezhaliman pada diriku, olehnya itu kuharamkan pula kalian untuk berlaku zhalim “

Allah tidak pernah menzhalimi Hambanya. Karena memalingkan termasuk kezhaliman, maka Allah pun tak pernah menzhalimi Hambanya, salahlah teoti as-sharfah berdasar dalil naqly ini.

Dalil Aqly-nya yaitu teori The Big and Small Baloon[*]


A B

Diatas terdapat dua balon (a) balon kecil dan (b) balon besar . Jika 1/5 isi balon (b) dipindahkan kedalam balon (a) maka balon tersebut akan meledak / rusak, apalagi kalau keseluruhannya .Begitu pula kalau Allah memberi kemampuan kepada manusia diatas kapasitas dirinya ataukah melampai kemapuan akalnya maka manusia akan rusak minimal gila.

Bagaimana kalau keduanya sama besar, maka bantahannya ” apakah ada manusia sanggup membuat manusia lain dengan sendirinya ( membuat makhluk lain yang sama kapasitas dan kualitas dengan dirinya ).wallahu a’lam bishshawab



[*] Maaf, ini hanya teori buatan penulis

1 komentar:

  1. Live Casino Site » Get 20 Free Spins → No Deposit Casino
    Live Casino Bonus: €20 No Deposit Bonus + 100 free spins with promo luckyclub code: SGBIT10. Bonus: 100FS No Deposit Bonus + 100 Free Spins with promo code: DSBV50.

    BalasHapus